Bagaimana Berjihad Dengan Rezeki Yang Diperoleh?
Memaknai Jihad
Jihad? Bagaimana kita memaknai kata ini? Apakah mujahid alias orang yang berjihad itu adalah orang yang sukses menumpahkan darah di medan perang? Apakah mujahid itu adalah gelar ekslusif yang hanya boleh dan pantas disandang oleh pejuang yang gugur di medan pertempuran?
Entah mulai dari mana para orientalis mendefinisikan jihad sebagai perang suci. Apakah betul jihad itu identik dengan peperangan? Al Quran menggunakan dua istilah yang berbeda untuk mendefinisikan jihad yang maksudnya sering disamakan, yaitu jihad dan qital. Kalo jihad berarti perjuangan dalam arti yang umum sementara qital berarti peperangan. Apabila Al Quran menggunakan ayat-ayat jihad maka maksudnya perjuangan secara umum. Sementara jika menggunakan ayat-ayat al qital wa al sayf (ayat-ayat perang dan pedang) pasti yang dimaksud adalah peperangan.
Bagaimana kita berjihad dengan rezeki yang diperoleh?
Islam tidak pernah mempersempit makna jihad pada perang belaka. Rasulullah menjelaskan begini, dari Aisyah ra dia bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah wanita itu diwajibkan jihad?" Beliau menjawab, "Ya, mereka diwajibkan jihad tanpa perang di dalamnya, yaitu haji dan umrah (riwayat Ahmad dan Ibnu Majah).
Jadi jelas dalam hadits ini bagaimana Islam memaknai jihad. Kita diperintahkan berjihad dengan rezeki, dengan harta yang kita miliki untuk menunaikan kewajiban ibadah haji meski cuma sekali dan melaksanakan umrah. Kita tahu untuk sampai di Baitullah butuh uang yang tidak sedikit ditambah dengan kondisi fisik yang mumpuni. Sebagai umat yang taat kita harus berjihad, berjuang dan berusaha sekuat tenaga mengumpulkan rezeki untuk menjalankan jihad tanpa perang di atas.
Jihad di dunia modern
Menjadi mujahid dengan berpartisipasi dalam medan perang dengan mengucurkan darah untuk menegakkan kejayaan islam di perang Badar itu sudah berlalu. Bom bunuh diri? Masihkah relevan bagi kita memilih jalan juang seperti itu di negeri ini? Menjadi sukarelawan untuk bergabung dengan ISIS itu jalan yang tepat? Pakailah nalar, masih banyak yang bisa kita lakukan di negeri ini ketimbang memilih mati sia-sia di negara orang yang sebenarnya kita tidak pahami betul apa tujuan perjuangannya. Negara ini masih butuh uluran tangan untuk memikirkan kaum dhuafa yang tertatih-tatih mensejahterakan dirinya sementara negara seoah tak perduli pada mereka. Nasib panti asuhan dan yatim yang dipeliharanya seolah mati segan hidup tak mau. Kondisi umat yang tercerai berai karena perbedaan pandangan. Banyak sekali yang perlu kita benahi, kalo kita mau berpikir panjang.
Lalu bagaimana kita menjadi mujahid di zaman modern ini?
Allah berfirman dalam surah Ash Shaf ayat 10 - 11, "Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui" (Q.S. As Shaff: 10-11).
Perhatikan kata yang saya tebalkan di atas, harta dan jiwa. Dahulu , ketika kemerdekaan negeri ini belum diraih, jihad memungkinkan terenggutnya nyawa, jiwa para pejuang, hilangnya harta benda dan terurainya air mata. Jihad di abad modern ini harusnya membuahkan terpeliharanya jiwa, menngkatnya harkat kemanusiaan, melebarnya senyum serta terhapusnya air mata.
Memberantas kebodohan dan kemiskinan adalah jihad yang tidak kalah pentingnya dengan mengangkat senjata. Mari kita lihat bagaiman berjihad di abad modern ini dengan rezeki yang diperoleh?
- Apa rezeki terpenting seorang ilmuwan? Ilmunya.. Ya, ilmuwan berjihad dengan ilmunya yang memberi manfaat bagi bagi banyak orang. Jangan malah mencelakai orang dengan kepandaiannya.
- Apa rezeki seorang profesional? Profesionalismenya. Ya, para karyawan, pegawai, pekerja di suatu instansi / lembaga berjihad dengan profesionalisme termasuk kejujuran atau integritasnya dan pelayanan mumpuni / prima untuk masyarakat.
- Apa rezeki terpenting seorang guru? Kecintaan pada anak didik. Ya, para guru berjihad dengan metode mengajar yang didasarkan kecintaan untuk mengembangkan potensi terbaik anak didiknya, bukan hanya ilmunya tapi karakternya juga berkembang secara optimal.
- Apa rezeki terpenting seorang pemimpin? Rakyatnya atau orang yang dipimpinnya. Tidak akan ada pimpinan jika tidak ada bawahan yang mengangkatnya jadi pemimpin. Karenanya seorang pemimpin berbekal pada kecintaan pada rakyatnya / bawahannya berjihad dengan keadilan dan mengutamakan kepentingan mereka dibandingkan kepentingannya sendiri. Tidak semata mengejar fasilitas dan elu-elu pujian tapi bekerja untuk mensejahterakan dan menyalurkan rezeki Allah pada rakyat / bawahannya.
- Apa rezeki utama seorang penulis? Goresan tinta penanya. Ya, penulis berjihad dengan tulisan yang memotivasi, menginspirasi orang lain agar hidupnya lebih baik dan berguna.
- Apa rezeki utama para ulama? Ilmu dan kebijaksanaannya. Ya, ulama berjihad dengan kebijaksanaan dan ilmu yang dimilikinya untuk mencerdaskan umat, membantu umat memecahkan masalahnya dari segi agama dan keteladanannya yang menjadi ilham untuk berbuat baik.
- Apa rezeki utama pengusaha?Kejujuran dan inovasinya Ya, pengusaha berjihad dengan inovasi terbaru yang dilandasi kejujuran untuk memberikan produk yang terbaik pada pasar, bersaing secara sehat, tidak menipu konsumen dan memberikan hak yang layak bagi pekerjanya.
Ya, jihad adalah jalan juang yang maknanya sangat luas. Tak harus di medan perang kita menjadi mujahid. Apa janji Allah untuk para mujahid ini? "Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik ke dalam jannah Adn. Itulah keberuntungan yang besar" (Q.S. Ash-Shaff: 12). Tentu saja karena Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. Wallahu alam.
Comments
Post a Comment