Budaya Selfie Bisa Menghalangi Rezeki?
Budaya selfie atau sengaja mengambil foto diri sendiri sekarang ini seolah mewabah seiring dengan berkembangnya teknologi ponsel yang sudah menyertakan kamera beresolusi tinggi dalam perangkat alat komunikasi tersebut. Jika sebelumnya sangat tergantung pada orang lain buat mengambil foto kita sekarang sudah tidak lagi. Rata-rata ponsel terkini selain memiliki kamera belakang juga dilengkapi dengan kamera depan sehingga seseorang bisa memotret dirinya sendiri. Atau diciptakannya sebuah tongkat serbaguna yang dipakai buat foto diri dan kelompoknya yang disebut tongkat narsis (tongsis) membuat acara foto-foto jadi lebih mudah.
Memang sangat aneh manusia ini. Mereka rela menyabung nyawa hanya sekedar untuk mendapatkan foto selfie di tempat-tempat berbahaya. Demi apa? Mungkin untuk kepuasan diri ataupun untuk pamer hasil pencapaiannya ke orang lain.
Mengapa orang suka selfie?
Saya pun juga manusia biasa yang sama seperti manusia lainnya suka ikut-ikutan selfie, karena segala sesuatu yang indah itu haris diabadikan karena belum kesempatan seperti ini datang lagi. Menurut catatanngocol.blogspot.com, artikel tentang setiap orang suka selfie, narsis dan gifo, itu pasti, disebutkan kalau setiap manusia itu memang cenderung selfie. Mengapa?- Alasan utamanya memang karena setiap orang itu pengagum dirinya sendiri. Tidak ada yang lebih menarik, lebih cantik, lebih ganteng dan lebih-lebih lainnya selain diri kita. Coba pandangi segerombolan orang yang berfoto berkelompok dimana kita berada diantaranya, yang paling duluan kita cari adalah wajah kita bukan? Karena bagi kita foto orang lain tidak penting, yang penting adalah wajah kita. Para pengusaha melihat sifat alami ini sebagai sebuah peluang bisnis. Maka diciptakanlah kamera beresolusi tinggi atau ponsel dengan kamera untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
- Alasan berikutnya adalah ingin mengabadikan momen-momen penting dalam hidupnya. Bukan hanya saat acara istimewa seperti ulang tahun ataupun hari jadi, tapi juga saat berada di suatu tempat yang terkenal, yang indah, yang diimpikan untuk didatangi semua orang. Saat berada di restauran bukan hanya memotret suasana restoran, tapi juga makanannya.
- Satu lagi yang menjadi alasan orang selfie adalah ingin pamer, ingin dipuji, ingin memberi tahu orang lain pencapaiannya juga untuk memuaskan kebutuhan utama manusia yang lain yaitu haus pujian dan penghargaan bahkan pandangan iri dari orang lain. Apalagi media sosial yang mempersilakan siapapun untuk upload foto-foto mereka untuk dikomentari orang lain.
Korban pun mulai berjatuhan karena budaya selfie
Masih segar dalam ingatan seorang mahasiswa Atmajaya umur 21 tahun bernama Ery Yunanto yang jatuh terpeleset saat mengabadikan foto dirinya yang lagi selfie di atas puncak Merapi beberapa waktu lalu. Kemudian ada juga yang terseret ombak saat berfoto selfie di Pantai Bajulmati Malang, atapun terpeleset saat selfie di gunung ataupun pinggiran tebing curam. Banyak lagi kisah-kisah selfie yang berujung tragis, silakan googling saja.Memang sangat aneh manusia ini. Mereka rela menyabung nyawa hanya sekedar untuk mendapatkan foto selfie di tempat-tempat berbahaya. Demi apa? Mungkin untuk kepuasan diri ataupun untuk pamer hasil pencapaiannya ke orang lain.
Apa hubungannya selfie dengan rezeki?
- Lalu mengapa selfie dianggap bisa menghalangi rezeki? Seperti diuraikan dalam artikel 10 dosa besar penghalang rezeki, salah satu dosa yang paling utama menghambat rezeki masuk itu adalah syirik. Ya.. Rezeki terhalang karena syirik. Syirik itu menganggap ada yang lebih penting di dunia ini selain Allah. Apakah selfie itu membuat kita jadi musyrik? Bisa jadi, jika niat selfie dan kecintaan pada diri yang begitu besar melebihi kecintaannya pada Allah. Perhatikan tulisan berikut ini
"Muslimah itu harus memiliki rasa malu, bukan malah menggoda dengan selfie. Jangan putus asa mencari perhatian manusia, karena mencari perhatian Allah lah yang utama ."
- Orang yang tidak dapat mengedalikan dirinya untuk selalu selfie, upload, pamer sama saja dengan orang yang tidak dapat mengendalikan hawa nafsunya. Rasulullah SAW pun mengingatkan kita untuk menahan hawa nafsu, bahkan beliau menyamakan hawa nafsu itu sama dengan musuh. "Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka (Q.S.An Najm: 23). Orang yang tidak dapat mengendalikan hawa nafsu akan terjebak dalam perangkap hawa nafsunya, memandang baik perbuatannya dan bisa berakhir dengan berbuat dosa. Pendosa itu rezekinya susah...
- Selfie karena ingin dipuji? Rasulullah SAW pernah mewanti-wanti umatnya akan bahaya pujian karena dianggap bisa mematikan iman. " Menyukai sanjungan dan pujian membuat orang jadi buta dan tuli" (H.R.Ad Dailami). Mengapa buta dan tuli? Karena orang yang mabuk pujian akan melakukan apa saja untuk dipuji lagi, tidak melihat apa sesuiatu itu pantas, juga tidak mendengar nasehat baik. Dia ingin memberikan kesan yang baik pada orang lain. Berfoto di atas puncak Merapi agar semua orang bilang wow pemberani, penakluk, jago dan ungkapan kagum lainnya. Padahal pujian itu adalah prasangka orang lain pada kita. Apakah benar kita pemberani, cantik saleh/salehah, lucu, hebat seperti yang kita kesankan pada foto selfie kita? Belum tentu, itu sangkaan orang yang kita terima dengan senang hati dan menganggap itu benar. Pujian dari manusia membuat kita meninggikan manusia daripada Allah. Bagaimana Allah mau memberi rezeki jika kita lebih berharap pada manusia ketimbang padaNya?
- Selfie yang berlebihan juga bisa membuat kita jadi cinta dunia, melupakan akhirat dan tujuan penciptaan kita, yaitu untuk beribadah pada Allah. Selfie saat sedang shalat (minta difoto agar terkesan saleh/salehah) misalnya. Selfie saat minum minuman keras atau saat melakukan dosa (ini lebih parah). Harusnya kita malu karena mereka yang memuji itu menyangka sesuatu yang belum tentu ada pada diri kita. Karena ingin dipuji saleh/salehah kita terjebak dengan foto selfie untuk memberi kesan itu. Sekali dipuji, kita jadi ketagihan dan mulai membohongi diri sendiri, melakukan apapun agar cap orang saleh / salehah itu tidak hilang. Akibat lain dari pujian itu membuat kita merendahkan / menyalahkan orang lain yang dianggap kurang saleh / tidak saleh, merasa diri paling baik. Padahal Allah Maha Tahu.. Perilaku orang yang cinta dunia akan mendapatkan apa yang dikejarnya yaitu dunia. Perilaku orang yang mabuk pujian akan mendapatkan apa yang diinginkannya yaitu pujian dari manusia. Pujian Allah lah yang harusnya kita cari !
Kita ini tidak ada apa-apanya, Kita hanya manusia yang berlumur dosa dan beruntung Allah menutupi aib-aib kita. Kita hanya orang bodoh dengan sedikit ilmu, yang orang lain tidak tahu kebodohan kita. Kita hanya insan yang tidak memiliki apapun sekadar apa yang dititipkan oleh Allah SWT pada kita, sekadar rezeki untuk memenuhi kelangsungan hidup kita di bumi yang jika Allah ingin mengambilnya tak bisa ditolak, karena memang milikNya. Bahkan nyawa kita pun di luar kendali kita.
Jadi tidak boleh selfie?
Tentu saja boleh, niatnya yang dibetulin. Anda ingin mengabadikan diri lewat foto, menyimpannya untuk kenangan ataupun membaginya agar dilihat orang lain sepenuhnya hak anda sebagai pribadi. Yang paling penting ingatlah bahwa tidak ada gunanya mempercantik dan membaguskan diri hanya untuk dipuji manusia, sampai harus merekayasa apapun agar sesuai dengan kesan yang kita inginkan. Yang paling penting sebenarnya bagaimana Allah bisa suka pada kita. Sehingga tidak perduli lagi dengan pujian yang meninggikan dan hinaan yang merendahkan, karena semua itu bukan apa-apa dibanding keridhaan Allah. Fokus hidup hanya satu, amal saleh kita diterima oleh Allah SWT dan kita dihindarkan dari perbuatan yang menjauhkan diri dari kasih sayangNya.
- Silakan berfoto selfie kalau itu bisa mengajak orang melakukan kebaikan dan tergerak hatinya untuk beramal saleh.
- Silakan berfoto selfie jika itu bisa menginspirasi orang mencapai kedekatan pada Allah dan membuat orang takut berbuat maksiat.
- Silakan berfoto selfie jika itu bisa membuat orang berdecak kagum pada ciptaan Allah dan tergerak untuk menyembahNya dalam kesyukuran.
Bisakah kita menghasilkan foto selfie seperti itu, tanpa ada embel-embel kita sebagai fokus utamanya, tak perduli dengan pujian atau hinaan yang dilontarkan? Kita hanya manusia biasa yang penuh kekurangan dan masih perlu banyak belajar. Wallahu alam.
Keren..
ReplyDeleteTrims ilmunya--manfaat banget, ijin share ya
Salam selfie #Eh
Salam Kenal. ;)
sama-sama... silakan..
DeleteJoos..thanks banget. Boleh share?
ReplyDeleteSilakan, semoga makin banyak yang mendapat manfaat.
Delete