Rezeki Baik itu Bukan Hidup Kaya Berlimpah Harta Tapi...

Setiap orang berbeda dalam menyikapi rezekinya

Bagaimana menjawab pertanyaan pada judul di atas? Setiap orang berbeda-beda pendapat bagaimana menyikapi rezeki yang diberikan Allah pada hambaNya. Kalau rezeki susah pasti pada tahu bagaimana menyikapinya. Tapi kalau kebetulan diberi rezeki yang banyak berlimpah, belum tentu semua manusia tahu bagaimana menyikapi rezeki yang bejibun itu.
Tahukah anda kalau nilai seseorang tidak ditentukan oleh banyak atau sedikitnya rezeki yang diterimanya. Begitupun tolak ukur rezeki tidak ditentukan dari jumlahnya tapi dari kemanfaatannya.


Kembali pada lanjutan judul di atas tentang rezeki baik.

Rezeki baik itu bukan hidup kaya berlimpah harta, tapi pada hidup sederhana berlimpah manfaat. Kesederhanaan itu bukan pada penekanan tidak boleh hidup kaya melainkan pada cara pembawaan. 

Bagaimana kita membawa diri. Banyak orang yang sombong karena merasa lebih kaya dibanding orang lain. Ingat bagaimana Iblis terlempar dari surga yang nyaman dan enak? Karena sombong, merasa diri lebih mulia dari Adam, manusia yang diciptakan dari tanah. Begitu mahal harga kesombongan yang harus dibayar Iblis. Kesombongan yang memenuhi dadanya harus dibayar dengan perubahan kenyamanan hidup dirinya dan anak cucunya. Bukan hanya terlempar dari surga tapi juga kepastian jadi penghuni neraka laknat selamanya.

Jadi Muslim itu bukan dilarang kaya. Muslim harus mencari harta dan rezeki yang banyak karena muslim itu wajib kaya. Tapi ada lanjutannya....Harta boleh banyak, uang boleh banyak dalam rekening, dompet boleh full dengan uang, mampu beli barang-barang mewah dan berkelas tapi apakah semua itu memiliki manfaat? Apakah harta yang banyak itu membuat kita mampu menjelaskan perolehannya dan digunakan untuk apa di akhirat nanti?

Bagaimana hidup sederhana berlimpah manfaat itu?

Pernah membaca kisah hidup Rasulullah SAW dan para sahabatnya? Beliau adalah orang yang paling alim, paling banyak ilmunya, paling mulia akhlaknya, pemimpin umat yang bisa menaklukkan negeri-negeri besar di sekelilingnya. Tapi kehidupan beliau sangat bersahaja. Makan secukupnya, pakaian seadanya, tunggangannya seekor unta dan keledai padahal kalaupun beliau mau pasti bisa menunjukkan kekayaannya dan harta berlimpah yang dimilikinya. Tapi beliau tidak berprinsip demikian. Beliau ingin menunjukkan teladan atau contoh bagaimana hidup sederhana berlimpah manfaat. Setiap kehadirannya memberikan angin segar dan kesejukan bagi orang lain, bahkan bagi musuh dan orang yang membencinya.

Mengapa hidup sederhana itu menyenangkan, silakan baca alasannya di sini.

Bagaimana hidup sederhana berlimpah manfaat itu?

  • Makanlah di saat lapar dan berhenti sebelum kenyang. Meski kita mampu membeli lebih banyak makanan belum tentu kita bisa memakan semuanya, lambung kita terbatas bukan? Akhirnya makanannya dibuang dan jadi mubazir. Mubazir itu juga penghalang masuknya rezeki lho. Kebanyakan makan juga bisa membuat tubuh kita terkena penyakit, entah itu diabetes, hipertensi, asam urat, kolesterol tinggi bahkan kanker usus. Allah memerintahkan kita untuk makan yang baik-baik dengan cara yang baik pula.
  • Belilah barang sesuai kebutuhan bukan berdasarkan keinginan. meski kita mampu untuk membelinya. Kebanyakan barang butuh waktu dan energi untuk mengurusinya sehingga mengurangi waktu produktif dan waktu ibadah kita. Banyak barang butuh energi dan uang ekstra untuk memeliharanya. Kutipan tentang belanja ini mungkin bisa memberikan perspektif baru bagi kita. 
  • Perlakukan harta dan rezeki yang banyak itu sebagai titipan. Jika kita dititipi barang oleh orang lain sedapat mungkin kita akan menjaganya dengan baik dan ikhlas atau rela saat pemiliknya meminta kembali. Begitu juga jika pemiliknya menyuruh kita untuk membagi harta miliknya dengan orang lain, pasti akan kita laksanakan karena itu amanah. Bagaimana kalau pemilik barang itu Allah yang memerintahkan kita untuk sedekah, yang bisa saja mengambil semuanya jika Dia mau? Jika kita memperlakukan harta sebagai titipan maka tidak akan ada sedikitpun kesombongan dalam dada kita, Untuk apa sombong pada barang yang bukan milik kita? Bahkan tubuh yang cantik, semampai, ganteng senpurna ini juga cuma titipan. Suatu ketika tubuh yang kita banggakan ini akan mati, hancur jadi makanan cacing di kuburan. 
  • Pergunakan harta dan rezeki yang banyak itu untuk mendekatkan diri pada Allah. Harta harusnya dimanfaatkan untuk kebaikan, untuk sedekah, untuk amal jariyah, untuk membantu keluarga yang susah. Jangan sampai harta yang banyak itu melenakan kita, mengambil waktu-waktu shalat berjamaah kita, menjauhkan diri dari keluarga yang menjadi tanggung jawab dan harus kita didik dengan baik, membuat kita sibuk mengejar keuntungan tanpa pernah ingat banyak tangan menadah meminta belas kasihan kita. Harta yang besar = pertanggung jawaban yang besar. Sanggupkah dan siapkah kita memikulnya?

Sudah siapkah kita menerima rezeki baik? Rezeki baik yang diwujudkan dalam bentuk kesederhanaan yang berlimpah manfaat? Orang yang paling beruntung bukanlah yang punya banyak harta tapi orang punya banyak manfaat bagi orang lain. Wallahu alam.

Comments

Popular posts from this blog

Ada Yang Salah di Otak Kita, Makanya Rezeki Kita Hanya Seuprit.

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)

Bolehkah Menolak Rezeki?