Betapa Curangnya Kita !

Puisi WS Rendra yang mengharu birukan perasaan..

Puisi ini konon puisi terakhir almarhum penyair WS Rendra, yang beliau buat sesaat sebelum beliau wafat. Tulisan ini sangat viral di medsos sehingga sayang jika kita gak memetik pelajaran darinya..


                               
Hidup itu seperti *UAP*,  yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap !!
Ketika Orang memuji *MILIKKU*,
aku berkata bahwa ini *HANYA TITIPAN* saja.
Bahwa mobilku adalah titipan-NYA,
Bahwa rumahku adalah titipan-NYA,
Bahwa hartaku adalah titipan-NYA,
Bahwa putra-putriku hanyalah titipan-NYA ...
Tapi mengapa aku tidak pernah bertanya,
*MENGAPA DIA* menitipkannya kepadaku?
*UNTUK APA DIA* menitipkan semuanya kepadaku.
Dan kalau bukan milikku,
apa yang seharusnya aku lakukan untuk milik-NYA ini?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-NYA?
Malahan ketika diminta kembali,
_kusebut itu_ *MUSIBAH,*
_kusebut itu_ *UJIAN*,
_kusebut itu_ *PETAKA*,
_kusebut itu apa saja ..._
Untuk melukiskan, bahwa semua itu adalah *DERITA*....
Ketika aku berdo'a,
kuminta titipan yang cocok dengan
*KEBUTUHAN DUNIAWI*,
_Aku ingin lebih banyak_ *HARTA*,
_Aku ingin lebih banyak_ *MOBIL*,
_Aku ingin lebih banyak_ *RUMAH*,
_Aku ingin lebih banyak_ *POPULARITAS*,
_Dan kutolak_ *SAKIT*,
_Kutolak *KEMISKINAN*,_
Seolah semua *DERITA* adalah hukuman bagiku.
Seolah *KEADILAN* dan *KASIH-NYA*, 
harus berjalan seperti penyelesaian matematika
dan sesuai dengan kehendakku.
Aku rajin beribadah,
maka selayaknyalah derita itu menjauh dariku,
Dan nikmat dunia seharusnya kerap menghampiriku ...
Betapa curangnya aku,
Kuperlakukan DIA seolah _Mitra   Dagang_ ku
dan bukan sebagai Kekasih!
Kuminta DIA membalas _perlakuan baikku_
dan menolak keputusan-NYA yang tidak sesuai dengan keinginanku ...
Duh ALLAH ..._
Padahal setiap hari kuucapkan,
Hidup dan Matiku, Hanyalah untuk-MU ya ALLAH, AMPUNI AKU, YA ALLAH ..._
Mulai hari ini, ajari aku agar menjadi pribadi yang selalu bersyukur
dalam setiap keadaan  dan menjadi bijaksana,
mau menuruti kehendakMU saja ya ALLAH ...
Sebab aku yakin....
ENGKAU akan memberikan anugerah dalam hidupku ...
KEHENDAKMU  adalah yang ter BAIK bagiku ..
Ketika aku ingin hidup KAYA,
aku lupa,
bahwa HIDUP itu sendiri
adalah sebuah KEKAYAAN.
Ketika aku berat untuk MEMBERI, aku lupa,
bahwa SEMUA yang aku miliki juga adalah PEMBERIAN.
Ketika aku ingin jadi yang TERKUAT, ....aku lupa, bahwa dalam KELEMAHAN,
Tuhan memberikan aku KEKUATAN.
Ketika aku takut Rugi,
Aku lupa, bahwa HIDUPKU adalah sebuah KEBERUNTUNGAN,
karena AnugerahNYA.
Ternyata hidup ini sangat indah, ketika kita selalu BERSYUKUR kepada NYA
Bukan karena hari ini INDAH bikin kita BAHAGIA.
Tetapi karena kita BAHAGIA, maka hari ini menjadi INDAH.
Bukan karena tak ada RINTANGAN kita menjadi OPTIMIS.
Tetapi karena kita optimis, RINTANGAN akan menjadi tak terasa.
Bukan karena MUDAH kita YAKIN BISA.
Tetapi karena kita YAKIN BISA.! Semuanya menjadi MUDAH.
Bukan karena semua BAIK kita TERSENYUM.
Tetapi karena kita TERSENYUM, maka semua menjadi BAIK,
Tak ada hari yang *MENYULITKAN* kita, kecuali kita *SENDIRI* yang membuat *SULIT*.
Bila kita tidak dapat menjadi jalan besar, cukuplah menjadi *JALAN SETAPAK*
yang dapat dilalui orang,
Bila kita tidak dapat menjadi matahari, cukuplah menjadi *LENTERA*
yang dapat menerangi sekitar kita,
Bila kita tidak dapat berbuat sesuatu untuk seseorang, maka *BERDOALAH* untuk kebaikan.


Apa yang bisa kita pelajari dari puisi super ini?

(1) Hidup itu fana..
  • Semua yang berjiwa pasti merasakan mati, itu pasti. Kita hidup karena Allah memberi kesempatan kita untuk hidup. Semua yang kita lakukan dalam masa kehidupan itu akan menentukan kualitas hidup kita.
  • Bukan harta, bukan materi bukan pula status sosial yang setengah mati kita kumpulkan..yang membuat hidup kita bermakna, karena sesungguhnya semua itu akan kita tinggalkan jika ajal sudah menjemput.
  • Hidup ini fana jadi maksimalkan waktu yang kita miliki untuk menjadi bermanfaat dengan menebar kebaikan sebanyak-banyaknya.
(2) Milik kita adalah titipan.
  • Apa yang kita klaim sebagai milik kita (dengan alasan karena kita yang mengusahakannya) sesungguhnya milik Allah dan kita hanya sekedar dititipi sejenak.. Bahkan nyawa kita pun bukan kita yang punya. jadi jika Allah meminta miliknya, kita harus mengikhlaskannya.
  • Mengapa  Allah menitipkan milikNya pada kita? Pasti ada tujuannya..dan kita akan ditanya tentang itu...Jadi yang paling penting sebenarnya adalah menyiapkan jawaban atas pertanyaan Allah di Hari Perhitungan kelak.

(3) Manusia itu curang..
  • Pernah memperhatikan bagaimana kita berdoa? Kita minta semua yang kita anggap menguntungkan bagi diri kita. Ya.. Allah beri aku rezeki yang banyak, beri aku kemudahan dalam hidup, beri aku mobil, pangkat, jabatan, status sosial, beri aku ini beri aku itu.. seolah-olah kita pengen ngatur Allah. Kalo kita gak dapet apa yang kita inginkan kita bakal ngambek, merasa Allah gak memperhatikan kita...
  • Memang Allah yang memerintahkan kita berdoa, dan doa itu memang kita butuhkan. Tapi mbok ya..lakukan dengan pantas..dengan berendah diri dan gak pake maksa...!! (baca : rezeki hebat buah dari doa kita?)
  • Trus kalo kita udah ibadah dengan baik, melaksanakan kewajiban maunya sih semua keinginan kita dikabulkan Allah. Rezeki lancar, hidup mudah, urusan lancar, bisnis untung terus, anak-anak sehat dan sukses, kesehatan mumpuni.. Sehingga saat segala sesuatu gak sesuai harapan mulailah kita putus asa dan merasa ibadah kita sia-sia.. (baca : banyak amalan banyak rezeki, betulkah?)
  • Padahal Allah punya "cara" sendiri memberi kita, dan yakin serta percayalah yang diberi Allah pasti yang terbaik.
(4) Hiasi hidup dengan syukur.
  • Kebahagiaan hakiki bukan didapatkan dari banyaknya harta dan materi tapi dari hati yang selalu bersyukur. Hati yang bersyukur akan selalu merasa cukup. Apapun yang diterimanya pasti disyukuri. Sedikit atau banyak gak jadi soal, karena keyakinan dalam diri bahwa Allah hanya memberi yang terbaik, yaitu sesuatu yang kita butuhkan..
  • Keinginan manusia itu tak terbatas tapi Allah paham apa kebutuhan kita. Sehingga kasih sayangNya memberikan apa yang pantas dan layak kita terima sehingga bisa hidup layak di dunia ini. Layak bukan berarti kaya, tapi kemampuan untuk bertahan hidup di bumi Allah dan menjalankan tugas sebagai khalifahNya, mensejahterakan bumi dan mahlukNya...
  • Sudahkah kita memetik pelajaran?
  • Wallahu alam.. 

Comments

Popular posts from this blog

Ada Yang Salah di Otak Kita, Makanya Rezeki Kita Hanya Seuprit.

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)

Bolehkah Menolak Rezeki?