Debat Gak Bikin Rezekimu Hebat

KESALAHAN LOGIKA. 

Pernah liat orang yang gigih dalam berdebat? Apa aja diperdebatkan. Apapun bisa diperselisihkan. Pokoknya gak ada yang lewat dari pantauannya, semua dikomentarin, seolah segala sesuatu itu penting dan jadi urusannya.


Dalam urusan tarik urat leher ini ada yang namanya kesalahan logika..
Kesalahan logika yang dalam bahasa Inggris disebut *'logical fallacy'* - _adanya bias secara kognitif_ - adalah hal yang seharusnya bisa dihindari. Namun justru umum dijumpai dalam setiap perdebatan, mulai dari yang disiarkan di tivi, debat di warung kopi, debat di SMA, sampai pada debat di sosial media. Bahkan oleh kaum intelektual sekalipun.

Logical fallacy yang paling sering dijumpai ada enam , sebagai berikut:
1. ARGUMENTUM AD HOMINEM
Yakni menyerang pribadi lawan, bukan argumennya.
Contoh:
A : "Kita harus senantiasa menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia."
B : "Lho keluarga kamu sendiri berantakan kok, jangan sok ngurusin orang lain deh kalau ngurus anak bini sendiri aja gak bisa!"
_Kesalahan:_
Alih-alih mematahkan argumen si A, si B justru langsung "menghunus keris" padanya. Jadi, si B shoots the messenger, not the message (Si B menembak sang pembawa pesan bukan pesannya).
Begitu juga dengan semua tulisan di blog ini. Blog yang membahas segala sesuatu tentang rezeki dari sudut pandang penulisnya yang sangat subjektif. Banyak yang skeptis dengan apa yang ditulis di sini dan berkomentar, "ah apa bener yang ditulis di sini, emang penulisnya rezekinya udah hebat gitu,? Kok berani beraninya ngasih tips sementara dia sendiri ilmunya terbatas dan hidupnya biasa aja!
Bukannya saya gak suka dikritik, silakan saja, tapi blog ini adalah blog pribadi dan tujuannya untuk pembelajaran setidaknya bagi saya sebagai penulisnya, pengalaman yang saya tulis juga adalah pengalaman yang sangat subjektif, yang saya alami dan rasakan. Jika anda ingin mengikutinya silakan, tidak pun gak apa-apa. Dalam belajar itu ada prosesnya. Daripada sibuk dengan kritikan, mengapa tidak fokus untuk membaikkan rezeki, mencoba mempraktekkan apa yang ditulis di sini? Bukankah kita gak tahu sesuatu itu berhasil jika tak mencobanya bukan??
(baca : mengapa si tukang kritik jauh rezeki?)

2. STRAWMAN FALLACY
Yakni menciptakan 'manusia jerami' (image palsu) untuk diserang, bukan argumen aslinya.
Contoh:_
A : "Hari ini ada acara sama teman, jadi gak bisa nganterin kamu ke mall."
B : "Jadi kamu udah males antar jemput aku? Udah gak sayang lagi sama aku? Kamu egois!"
_Kesalahan:_
Si A hanya bilang demikian, mengapa si B melontarkan argumen (manusia jerami) yang tidak relevan? Biasanya yang nuduh egois itulah yang egois asli.

Mengapa kita terlalu banyak protes pada pemerintah, pada bos, pada pimpinan, pada perusahaan, pada orang lain hanya karena hidup kita merana?
Kalo hidup kita menderita, rezeki macet, utang numpuk kesalahan adanya di kita? Bukankah miskin itu pilihan ! Karena sesungguhnya Allah tidak menciptakan kemiskinan. Kalo kita hidupnya miskin artinya kesalahan bukan sama pemerintah, sama bos, sama perusahaan, sama orang lain. Kesalahannya ada di kita. Kita membiarkan diri kita menjadi miskin dan tidak melakukan apa-apa untuk memperbaiki keadaan itu.
(baca : 3 fakta mengejutkan orang kaya Indonesia)

3. APPEAL TO EMOTION
Yakni menggunakan emosi sebagai dasar sebuah argumen.
Contoh:
A : "KPK menangkap tangan hakim MK bernama Patrialis sebagai penerima suap."
B : "Tidak mungkin, selama ini dia sangat baik dan bijak..Jidatnya hitam..bersorban. Lihat saja tulisan-tulisannya dan penampilan dia yang sangat agamis itu!"
_Kesalahan:_
Yang bisa dijadikan tolok ukur sebuah kebenaran adalah data dan bukti empiris, bukan penilaian berdasarkan emosi yang subyektif ataupun agama seseorang. Itulah yang terjadi di negara kita. Kita sangat menghargai simbol-simbol, kalo yang bersorban udah pasti alim, kalo lulusan luar negeri udah pasti hebat, kalo udah bisa mengutip satu dua ayat suci udah dibilang uztad. Mereka ini seolah gak boleh membuat kesalahan karena kita udah terlajur melekatkan sesuatu yang tinggi pada diri mereka. Padahal mereka juga manusia biasa, bisa melakukan kesalahan atau memang kita salah menilai orang?

Buat apa berdebat untuk sesuatu yang kita sendiri gak yakin? Si A cantik karena operasi, si B kaya karena korupsi, si C itu isteri simpanan pejabat D dan sok alim. Kalo sangkaan kita salah, kita terjerumus fitnah, kalo pun bener apa pedulinya kita? Bukankah dosa mereka yang tanggung, kita gak dirugikan sama sekali. Operasi plastik si A yang bayar, korupsi dan dipenjara di B yang tanggung, poligami urusan di C dan si D, gak ada kaitannya dengan kita (kecuali kalo kita isteri si D..).
Jangan-jangan rezeki kita begitu-begitu saja karena kita salfok (salah fokus) kebanyakan ngurus yang bukan urusan kita...
(baca : salah kaprah soal rezeki)

4. ARGUMENTUM AD POPULUM/BANDWAGON FALLACY
Yakni mendasari kebenaran argumen dengan suara mayoritas.
_Contoh:_
A : "Menurut penelitian, merokok tidak baik bagi kesehatan."
B : "Orang jaman dulu kebanyakan merokok, tapi mereka sehat-sehat aja tuh!"
_Kesalahan:_
B tidak otomatis mematahkan kebenaran argumen A hanya karena dia menyimpulkan suatu penilaian dari pandangan terhadap mayoritas, tapi dia tetap gak setuju.

Banyak lho orang seperti ini..
Udah tahu kelakuannya buruk dan merugikan orang lain, tapi kalo dikasi nasehat pasti selalu punya balasan yang intinya gak setuju dengan nasehat itu. Katanya kalo sering maksiat rezeki jauh, tapi banyak kok orang yang kerjaanya bikin dosa melulu rezeki baik-baik aja tuh..! Kelapangan rezeki pun bisa jadi jebakan lho ! Bisa jadi itu istidraj..
(baca : ahli maksiat kok rezekinya makin lancar?).
Tau gak orang yang gak mau menerima nasehat itu adalah ciri-ciri orang yang rezekinya susah.

5.APPEAL TO AUTHORITY*
Yakni mendasarkan argumen pada pendapat orang yang berpengaruh/punya otoritas.
Contoh:
A : "Ada apa dengan sekolah itu?"
B : "Kata Pak Bupati, sekolah X adalah sekolah yang paling angker di daerah sini. Berarti benar kan dugaanku!"
_Kesalahan:_
Hanya karena Pak Bupati mengatakan suatu hal, bukan berarti hal itu otomatis jadi kebenaran.

Hanya karena seorang yang dikenal sebagai "uztaz" ngomong kalo sesuatu itu gak boleh, haram, langsung deh kita ikutan karena kita idola sama uztaznya, bakal dibela sampe mati kalo ada yang jelek-jelekin uztaz itu. Padahal fatwanya itu tidak ada dasarnya, tidak ada dalilnya, hanya pendapat pribadi yang bisa jadi ada kepentingannya di situ.
Boleh sih jadi follower atau pengikut orang yang berpengaruh tapi gak berarti fanatik sehingga apapun yang diomongin semuanya diterima. Kita harus jadi follower cerdas, otak kudu dipake, dipikirin benar ato nggaknya... 
(baca : ada yang salah dengan otak kita, makanya rezeki kita hanya seuprit)

6. FALSE DILEMMA
Yakni sering juga disebut dengan 'argumen hitam-putih', sederhananya adalah argumen yang "kalau tidak gini pasti gitu".
Contoh:_
A : "Dukung FPI atau tidak?"
B : "Tidak"
A : "Jika tidak dukung FPI berarti kafir !"
_Kesalahan:_
A melontarkan kesimpulan "kafir" pada B sebagai satu-satunya opsi, padahal A tidak seharusnya mengesampingkan faktor-faktor lain yang bisa mendasari keputusan B tidak mendukung FPI, dan bisa saja si B pun tidak anti FPI secara keseluruhan tapi ada bagian tindakan yang tidak sejalan.

Jangan segampang itu menggeneralisir, segampang itu menuduh, menjudge orang lain hanya karena berbeda dengan kita. Perbedaan itu rahmat bukan untuk dibesar-besarkan tapi untuk dirangkul. Bukankah perbedaan itu membuat hidup kita lebih berwarna?
(baca : belajar rezeki dari sepasang sepatu)

Keenam macam Fallacies tersebut di atas hanya sebagian saja, sisanya bisa anda cari sendiri.
Sejauh yang saya tahu, menggunakan gestur (bahasa tubuh) yang merendahkan lawan saat debat, adalah hal yang tidak etis. Usahakan untuk tetap menjaga kesantunan dan etika dalam debat yang sehat.

Don't raise your voice, but  improve your argument.(Saat debat gak usah kerasin volume suara tapi tingkatkan argumentasimu)
Menanglah secara elegan dengan menghindari logical fallacy.

RUGINYA ORANG BERSELISIH

1. Kalau berselisih dengan pelanggan... walaupun kita menang... Pelanggan tetap akan lari...
2. Kalau berselisih dengan rekan sekerja... Walaupun kita menang... Tiada lagi semangat bekerja dalam tim...
3. Kalau berselisih dengan boss... Walaupun kita menang... Tiada lagi masa depan di tempat itu...
4. Kalau berselisih dengan keluarga... Walaupun kita menang... Hubungan kekeluargaan akan renggang...
5. Kalau berselisih dengan teman... Walaupun kita menang... Yang pasti kita akan kekurangan teman...
6. Kalau berselisih dengan pasangan... Walaupun kita menang... Perasaan sayang pasti akan berkurang...
7. Kalau berselisih dengan siapapun... Walaupun kita menang... Pada prinsipnya kita kalah... 


Suka berselisih = jauh rezeki...
Yang menang, hanya EGO DIRI SENDIRI Yang tinggi dan naik adalah EMOSI......
Yang jatuh adalah CITRA dan JATI DIRI KITA SENDIRI.....
Tidak ada artinya kita menang dalam perselisihan...
Apabila menerima teguran, tidak usah terus melenting atau berkelit, bersyukurlah, masih ada yang mau menegur kesalahan kita... Berarti masih ada orang yang memperhatikan kita...
Jaga selalu kekompakan dalam kebersamaan... Jaga lisan, perbuatan dan tulisan agar tidak ada hati yang tersakiti.
Semoga kita semua selalu dapat menjaga Ego dan Emosi, Dan selalu menjadi manusia yang pandai bersyukur... Aamiin........


Sayidina Ali bin Abi Tholib*_ berkata :
_*"Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapa pun,*_
_*Karena yang menyukaimu tidak butuh itu dan yang membencimu tidak percaya itu."*_
_*Teruslah melangkah selama engkau berada di jalan yang baik, meski terkadang kebaikan tidak selamanya dihargai.*_
_*Hidup bukan tentang siapa yang terbaik, tapi siapa yang mau berbuat baik.*_
_*Jika datang kepadamu gangguan, jangan berpikir bagaimana cara membalas dengan yang lebih pedih, tapi berpikirlah bagaimana cara membalas dengan yang lebih baik.*_
_*Teruslah berdoa dan berikhtiar*_
_*Sibukkan diri dalam kebaikan. Hingga keburukan lelah mengikutimu.*_
*Semoga hari ini lebih baik dari hari kemarin


Wallahu alam...

Comments

Popular posts from this blog

Bolehkah Menolak Rezeki?

Doa Agar Rezeki Tak Terputus

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)